"Melayani dengan Hati"
Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat akan layanan perbankan pun mengalami perubahan. Nasabah tak hanya membutuhkan kemudahan melakukan transaksi melalui mesin-mesin ATM maupun mobile banking, namun sebagian di antara mereka juga mulai membutuhkan keberadaan Personel Banker. “Bank akan menjadi konsultan yang mengelola keuangan nasabah,” ujar Jisman M. Lubis, Kepala Cabang Bank Mandiri Prioritas Regional Kalimantan.
Personal Banker ini akan memberikan layanan khusus kepada nasabah secara pribadi dan profesional. Nasabah yang datang ke kantor cabang Bank Mandiri Prioritas akan disambut dengan ramah sejak di halaman parkir hingga nasabah meninggalkan parkiran. “Kami ingin melayani dengan hati untuk menuju yang terbaik,” jelas Jisman.
Menurut Jisman, melayani dengan hati merupakan kunci meraih keberhasilan. Pria asal Sumatra Utara ini selalu menegaskan pada seluruh jajaran karyawan Bank Mandiri Prioritas cabang Balikpapan untuk memberikan layanan terbaik pada nasabah. “Nasabahlah yang memberi gaji kami,” tegasnya.
Untuk menumbuhkan sikap ini, Jisman senantiasa menempatkan dirinya sama dengan staf yang lain. Meski ia menempati posisi tertinggi di kantor cabang Balikpapan, namun penggemar olahraga golf ini tak ingin diperlakukan seperti pimpinan. “Yang menjadikan saya pimpinan di sini kan hanya selembar surat, bisa saja besok saya tidak lagi menjadi pimpinan karena ada surat baru lagi,” ujarnya. Kalaupun ada yang membedakan antara pimpinan dan staf hanyalah sebatas wewenang dan tanggung jawab saja. “Selebihnya semua sama,” tambahnya.
Jisman sendiri mengakui bahwa dirinya pun butuh waktu belajar untuk menjadi pribadi yang bisa melayani dengan hati. “Terus terang ya, yang paling banyak mengubah perilaku saya adalah Ibu mertua dan istri saya yang berasal dari Solo, Jawa Tengah,” ujarnya sambil tertawa. Sebagai pria Batak yang dibesarkan di kampung, Jisman mengaku bahwa karakternya cukup keras. Perkawinan antar etnis dengan dua karakter yang berbeda ini telah mengajarinya untuk belajar tatakrama Jawa. “Saya belajar soal unggah-ungguh, andhap asor, dan sikap ojo dumeh dari keluarga istri saya,” tambahnya.
Unggah-ungguh (sopan-santun), andhap asor (rendah hati), dan ojo dumeh (tidak sombong) merupakan filosofi Jawa yang dengan sungguh-sungguh dipelajari Jisman untuk membangun sikap mental sebagai pribadi yang bisa melayani dengan hati. Memang, semula egonya memberontak. “Tapi, saya kan tidak bergaul hanya di kampung saja. Dan nasabah saya bukan hanya orang Batak,” ujar mantan Marketing Manager Bank Mandiri Regional I Medan yang pernah bertugas di Jakarta, Surabaya, Manado, Toli-toli, dan kemudian Balikpapan.
Selain merasa mendapat hikmah dari perkawinan antar etnis itu, Jisman juga membekali diri dengan membawa buku ESQ untuk semakin memperdalam sikap mentalnya. “Dan sebagai umat beragaman, saya tak pernah meninggalkan Alkitab,” katanya seraya memperlihatkan buku ESQ dan kitab suci yang tersusun di meja kerjanya.
Personal Banker ini akan memberikan layanan khusus kepada nasabah secara pribadi dan profesional. Nasabah yang datang ke kantor cabang Bank Mandiri Prioritas akan disambut dengan ramah sejak di halaman parkir hingga nasabah meninggalkan parkiran. “Kami ingin melayani dengan hati untuk menuju yang terbaik,” jelas Jisman.
Menurut Jisman, melayani dengan hati merupakan kunci meraih keberhasilan. Pria asal Sumatra Utara ini selalu menegaskan pada seluruh jajaran karyawan Bank Mandiri Prioritas cabang Balikpapan untuk memberikan layanan terbaik pada nasabah. “Nasabahlah yang memberi gaji kami,” tegasnya.
Untuk menumbuhkan sikap ini, Jisman senantiasa menempatkan dirinya sama dengan staf yang lain. Meski ia menempati posisi tertinggi di kantor cabang Balikpapan, namun penggemar olahraga golf ini tak ingin diperlakukan seperti pimpinan. “Yang menjadikan saya pimpinan di sini kan hanya selembar surat, bisa saja besok saya tidak lagi menjadi pimpinan karena ada surat baru lagi,” ujarnya. Kalaupun ada yang membedakan antara pimpinan dan staf hanyalah sebatas wewenang dan tanggung jawab saja. “Selebihnya semua sama,” tambahnya.
Jisman sendiri mengakui bahwa dirinya pun butuh waktu belajar untuk menjadi pribadi yang bisa melayani dengan hati. “Terus terang ya, yang paling banyak mengubah perilaku saya adalah Ibu mertua dan istri saya yang berasal dari Solo, Jawa Tengah,” ujarnya sambil tertawa. Sebagai pria Batak yang dibesarkan di kampung, Jisman mengaku bahwa karakternya cukup keras. Perkawinan antar etnis dengan dua karakter yang berbeda ini telah mengajarinya untuk belajar tatakrama Jawa. “Saya belajar soal unggah-ungguh, andhap asor, dan sikap ojo dumeh dari keluarga istri saya,” tambahnya.
Unggah-ungguh (sopan-santun), andhap asor (rendah hati), dan ojo dumeh (tidak sombong) merupakan filosofi Jawa yang dengan sungguh-sungguh dipelajari Jisman untuk membangun sikap mental sebagai pribadi yang bisa melayani dengan hati. Memang, semula egonya memberontak. “Tapi, saya kan tidak bergaul hanya di kampung saja. Dan nasabah saya bukan hanya orang Batak,” ujar mantan Marketing Manager Bank Mandiri Regional I Medan yang pernah bertugas di Jakarta, Surabaya, Manado, Toli-toli, dan kemudian Balikpapan.
Selain merasa mendapat hikmah dari perkawinan antar etnis itu, Jisman juga membekali diri dengan membawa buku ESQ untuk semakin memperdalam sikap mentalnya. “Dan sebagai umat beragaman, saya tak pernah meninggalkan Alkitab,” katanya seraya memperlihatkan buku ESQ dan kitab suci yang tersusun di meja kerjanya.
Biodata
Nama : Jisman Mangitar Lubis
Hobi : Golf
Organisasi : Humas Forum Komunikasi antar BUMN Kaltim
Pendiri “Sipata Mullop” grup musik tradisional Batak di Balikpapan
No comments:
Post a Comment