"Memotivasi dengan Punishment"
Setelah lebih dari 14 tahun berkecimpung di dunia perhotelan, Anggiat Sinaga akhirnya menyimpulkan bahwa mengelola hotel berbintang maupun hotel kecil itu sama saja. “Sama-sama mengurusi orang banyak,” ujarnya. Selain mengurus staf dan karyawan hotel, tamu yang datang ke hotel juga merupakan prioritas yang harus diperhatikan.
Menyadari bahwa dunia perhotelan adalah relasi antar manusia, Anggiat senantiasa berupaya membangun komunikasi yang baik dengan siapapun. Terhadap customer dan relasi bisnisnya, Anggiat berusaha untuk melakukan approaching dan entertainment. “Saya meniru cara TELKOMSEL yang berani memanjakan customer-nya,” akunya sambil terbahak. Sementara itu terhadap staf dan karyawan di hotel, penggemar bulutangkis yang aktif di berbagai organisasi ini tak hanya melakukan personal approach, tetapi juga merangsang semangat berprestasi melalui kedisiplinan.
Menurut Anggiat, disiplin merupakan hal yang paling utama dalam bisnis perhotelan. “Coba bayangkan bagaimana pelanggan akan kecewa ketika akan check-in tetapi kamar belum siap,” paparnya. Karena itu disiplin waktu yang ketat tidak boleh ditawar lagi di hotel yang dipimpinnya, yaitu Clarion, Quality, dan Grand Palace. Setiap karyawan yang datang terlambat, meskipun hanya terlambat satu menit, akan mendapat hukuman selama 2 jam untuk mencuci piring!
Tak hanya itu, mereka yang terlamat juga harus mengenakan rompi dinas kebersihan lengkap dengan tulisan “Sedang Dihukum”. Setelah itu mereka juga difoto dan dimuat di bulletin karyawan. Setiap bulan pihak managemen akan mengumumkan record karyawan termalas, berapa kali terlambat, dan berapa menit terlambat. “Sanksi ini berlaku untuk semua karyawan, termasuk saya,” tegas Anggiat.
Anggiat mengakui bahwa gaya kepemimpinannya yang penuh disiplin ini mungkin sedikit mirip militer. “Tetapi saya juga menyeimbangkan punishment ini dengan reward yang sepadan,” ujarnya. Karyawan yang tidak pernah terlambat, pada akhir tahun akan mendapatkan penghargaan yang memuaskan. “Sehingga punishment bukan dianggap sebagai sesuatu yang negative, tapi karyawan berusaha mengejar sesuatu yang perfect,” tambahnya.
Setelah sikap disiplin terbangun, Anggiat juga mengedepankan delegation of authority. “Kalau saya bekerja secara one man show, perusahaan nggak bakal jalan,” ujarnya. Bagi Anggiat delegation of authority ini bukan semata-mata untuk mendistribusikan pekerjaan, namun juga harus disertai dengan trust kepada staf terkait. “Sehingga yang bersangkutan akan memunculkan empower yang luar biasa,” ujarnya mantap. Efeknya, karyawan akan semakin termotifasi sehingga kinerja perusahaan pun mengalami peningkatan yang menggembirakan. “Tak sampai setahun sejak saya menerapkan aturan main yang gila ini, pertumbuhan perusahaan meningkat 100%,” ujarnya berbangga.
Setelah lebih dari 14 tahun berkecimpung di dunia perhotelan, Anggiat Sinaga akhirnya menyimpulkan bahwa mengelola hotel berbintang maupun hotel kecil itu sama saja. “Sama-sama mengurusi orang banyak,” ujarnya. Selain mengurus staf dan karyawan hotel, tamu yang datang ke hotel juga merupakan prioritas yang harus diperhatikan.
Menyadari bahwa dunia perhotelan adalah relasi antar manusia, Anggiat senantiasa berupaya membangun komunikasi yang baik dengan siapapun. Terhadap customer dan relasi bisnisnya, Anggiat berusaha untuk melakukan approaching dan entertainment. “Saya meniru cara TELKOMSEL yang berani memanjakan customer-nya,” akunya sambil terbahak. Sementara itu terhadap staf dan karyawan di hotel, penggemar bulutangkis yang aktif di berbagai organisasi ini tak hanya melakukan personal approach, tetapi juga merangsang semangat berprestasi melalui kedisiplinan.
Menurut Anggiat, disiplin merupakan hal yang paling utama dalam bisnis perhotelan. “Coba bayangkan bagaimana pelanggan akan kecewa ketika akan check-in tetapi kamar belum siap,” paparnya. Karena itu disiplin waktu yang ketat tidak boleh ditawar lagi di hotel yang dipimpinnya, yaitu Clarion, Quality, dan Grand Palace. Setiap karyawan yang datang terlambat, meskipun hanya terlambat satu menit, akan mendapat hukuman selama 2 jam untuk mencuci piring!
Tak hanya itu, mereka yang terlamat juga harus mengenakan rompi dinas kebersihan lengkap dengan tulisan “Sedang Dihukum”. Setelah itu mereka juga difoto dan dimuat di bulletin karyawan. Setiap bulan pihak managemen akan mengumumkan record karyawan termalas, berapa kali terlambat, dan berapa menit terlambat. “Sanksi ini berlaku untuk semua karyawan, termasuk saya,” tegas Anggiat.
Anggiat mengakui bahwa gaya kepemimpinannya yang penuh disiplin ini mungkin sedikit mirip militer. “Tetapi saya juga menyeimbangkan punishment ini dengan reward yang sepadan,” ujarnya. Karyawan yang tidak pernah terlambat, pada akhir tahun akan mendapatkan penghargaan yang memuaskan. “Sehingga punishment bukan dianggap sebagai sesuatu yang negative, tapi karyawan berusaha mengejar sesuatu yang perfect,” tambahnya.
Setelah sikap disiplin terbangun, Anggiat juga mengedepankan delegation of authority. “Kalau saya bekerja secara one man show, perusahaan nggak bakal jalan,” ujarnya. Bagi Anggiat delegation of authority ini bukan semata-mata untuk mendistribusikan pekerjaan, namun juga harus disertai dengan trust kepada staf terkait. “Sehingga yang bersangkutan akan memunculkan empower yang luar biasa,” ujarnya mantap. Efeknya, karyawan akan semakin termotifasi sehingga kinerja perusahaan pun mengalami peningkatan yang menggembirakan. “Tak sampai setahun sejak saya menerapkan aturan main yang gila ini, pertumbuhan perusahaan meningkat 100%,” ujarnya berbangga.
BIODATA
Nama : Anggiat Sinaga
Lahir : Asahan, Sumut 11 Juli 1967
Organisasi : Ketua PHRI – Sulawesi Selatan
Wakil Ketua KADIN - Sulsel
Wakil Ketua HIPI
Wakil Ketua Apindo
Wakil Bendahara PSM
Hobi : Bulutangkis
Selamat kepada pa Anggiat Sinaga, saya sangat senang dan bangga bisa memiliki teman seperti anda.
ReplyDeleteSukses Selalu,
Rennard Lucas Sanggor