
Menjadi pejabat pemerintah di daerah pedalaman bukanlah pekerjaan yang menjadi pilihan banyak orang. Tidak demikian bagi Drs. F.B Sorring, S.Sos, MM. Setelah menamatkan studinya di Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta pada tahun 1984, putra Toraja ini memilih menjadi CPNS di Papua. ”Saya ingin merasakan bagaimana sulitnya hidup di daerah terpencil,” ujarnya.
Setelah lebih dari 20 tahun mengabdikan diri di Papua, mantan ketua BKKBN Merauke ini mengaku tak pernah berkeinginan meninggalkan Papua. Keinginannya bertahan di Papua semakin kuat setelah terpilih sebagai Wakil Bupati Agats, Kabupaten Asmat setahun lalu. ”Di Asmat saya bertekat untuk menjadi pelayan masyarakat, bukan sebagai penguasa,” ujarnya. Kepada mediaHALO, ayah dua putri ini berkisah tentang tanah pengabdiannya.
Apa yang membuat Anda tertarik mengabdikan diri di Papua?
Begini ya, sarjana UGM itu kan terkenal sebagai sarjana ndeso. UGM menempa mahasiswanya untuk mencintai desa. Karena itu sejak mahasiswa saya berkeinginan mengabdi ke daerah. Kebetulan, saat saya lulus tahun 1984, tenaga sarjana banyak dibutuhkan untuk membangun Papua. Saya pun mendaftar sebagai calon pegawai di Jayapura tahun 1985. Tahun 1989 saya diangkat sebagai Kepala BKKBN di Jayapura dan kemudian ditempatkan di Merauke tahun 1991 sampai kemudian terpilih sebagai Wakil Bupati di Asmat tahun lalu.
Wah, semakin ke pedalaman nih...
Asmat memang merupakan salah satu bagian Papua yang tertinggal. Saya tertantang untuk mengabdikan diri di daerah terpencil. Meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan yang rendah merupakan program yang kami prioritaskan. Di samping itu juga pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Saat ini seluruh waktu, pikiran, dan tenaga saya curahkan untuk Asmat. Setiap akhir pekan, saya sempatkan untuk mengunjungi distrik-distrik, masuk ke kampung-kampung di pedalaman Asmat. Saya sudah bertekat untuk menjadi pelayan masyarakat bukan sebagai penguasa yang tinggal di pedalaman.
Dalam waktu dekat, apa yang Anda lakukan?
Saat ini kami tengah bekersama dengan Universitas Cendrawasih untuk membuka program S1 jarak jauh. Melalui program ini, pegawai pemerintah di Asmat dapat mengikuti kuliah tanpa harus meninggalkan tugasnya. Dosen kami undah ke sini untuk memberi mata kuliah di sore hari. Di bidang kesehatan, kami tengah memesan sejumlah kapal yang didesain khusus sehingga berfungsi layaknya ambulance. Transportasi utama di Asmat itu kan kapal. Untuk menjangkau satu distrik ke distrik yang lain hanya bisa ditempuh dengan kapal. Kapal ambulance ini akan membantu pasien dari pedalaman tetap mendapat perawatan selama di atas sungai.
Ngomong-ngomong, sinyal Telkomsel kan sudah menjangkau Asmat. Bagaimana dampaknya bagi pembangunan Asmat?
Asmat itu sudah ditetapkan sebagai situs warisan dunia, sehingga mata dunia tertuju ke Asmat. Selain program kesehatan dan pendidikan, pembangunan sarana telekomunikasi juga sangat penting. Kehadiran Telkomsel di sini jelas sangat membantu baik untuk komunikasi peribadi maupun untuk melakukan koordinasi. Saat melakukan perjalanan dinas ke propinsi atau ke pusat, kami tetap dapat melakukan koordinasi. Banyak kesepakatan penting yang dilakukan lewat telepon seluler. (tita - mar '06)
No comments:
Post a Comment