Tuesday, 19 May 2009

Dahri Yasin, Advokat


Mengaku hanya memiliki satu profesi yaitu sebagai Advokat, namun nama Dahri Yasin, S.H (47) tertera di sejumlah organisasi sosial dan politik di wilayah Kalimantan Timur. Lebih dari 15 organisasi yang didirikannya dan menempatkannya sebagai Ketua. Nama Dahri Yasin pun sempat mewarnai Pilkada Walikota Bontang. Bahkan, kini ia tengah menyongsong Pilkada pertama Sulawesi Barat (Sulbar). “Saya membangun prestasi lewat tiga sisi, yaitu profesi, politik, dan bisnis,” ujar anggota DPRD Kaltim yang juga menjabat sebagai Dirut Perusda Tunggang Parangan Kab. Kutai Kartanegara ini.

Meski menggeluti sejumlah aktivitas, namun lulusan Fak. Hukum Unhas ini bukan orang yang sulit ditemui. Hingga tengah malam pun ia masih bersedia menemui tamu yang datang ke rumahnya. Kepada mediaHALO, pria kelahiran Mandar Sulawesi Barat ini berkisah tentang perjalanan karirnya hingga larut malam.


Bagaimana Anda membangun prestasi yang begitu mengagumkan ini?
Semua aktivitas ini tidak secara langsung saya jangkau, namun bertolak dari satu spesialisasi yaitu advokat. Kemudian saya mengembangkan diri menjadi politisi dan mengelola perusahaan. Untuk mencapai semua ini saya membangun karakteristik tertentu, yaitu trust atau kepercayaan. Bagaimana mempertanggungjawabkan trust dan bagaimana membangun suatu komunikasi yang tidak mencederai.

Langkah kongkritnya seperti apa?
Kalau ada orang yang mempercayai kita, ya kita harus menunjukkan bahwa kita bisa bekerja dengan baik. Untuk bisa bekerja dengan baik, tentunya harus punya pengalaman dan pengetahuan. Karena itu sebelum merespon trust, kita harus mengukur kemampuan diri terlebih dulu. Jangan asal terima tawaran. Kalau saya merasa tidak mampu mengerjakan, saya tak segan menolak. Tetapi jika saya mampu, saya akan berusaha menunjukkan bahwa hasil kerja saya dapat dipertanggungjawabkan. Intinya, bagaimana merespon trust dengan penuh tanggung jawab.

Saat ini Anda menjabat sebagai Dirut Perusda. Padahal Anda juga seorang politisi...
Pedagang dan birokrat itu sebenarnya dua hal yang berbeda. Namun karena saya juga seorang praktisi, jadi ada penyeimbangnya. Pengalaman sebagai praktisi ini memberikan visi dan misi yang dapat dipertanggungjawabkan, yaitu trust. Praktisi itu merupakan basic untuk berbagai aspek. Seorang praktisi itu biasanya bekerja berdasar pada realitita. Ketika membicarakan bisnis, ya bisnis yang realistis. Bukan jual kucing dalam karung. Begitu juga di bidang politik, bukan untuk mengelabui orang tetapi bagaimana kepentingan orang banyak dapat kita perjuangkan. Artinya, tidak menjanjikan hal-hal yang tidak bisa dipenuhi di kemudian hari. Menekuni dunia usaha ini sebenarnya jauh lebih sulit daripada sebagai politisi. Apalagi Perusda. Banyak Perusda yang tidak efektif dan hanya menghabiskan uang. Pemikiran pebisnis dan birokrat memang berbeda, sulit disatukan. Saat ini saya berjuang untuk Perusda Kutai Kartanegara dengan mencari aset sendiri, seperti tambang, kayu, dan BBM. Saya berusaha untuk meminimalkan pencairan dana yang sudah dianggarkan. Sebaliknya, dengan jaringan yang saya miliki, saya berusaha mencari modal untuk proyek-proyek Perusda.

Kalau Anda disuruh memilih, antara politik dan bisnis, mana yang kira-kira lebih Anda tekuni?
Saya tidak bisa mengatakan saya akan menjadi apa. Saya hanya ingin definisi nama saya ini tidak sebatas subyek, predikat, dan obyek. Tapi lebih luas lagi, sehingga maknanya makin jelas.

No comments:

Post a Comment