
Bayangkan, 75 persen teritorial Indonesia adalah laut. Dengan luas sekitar 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81 ribu km ini, laut Indonesia menyimpan potensi sumberdaya dan keindahan yang menakjubkan. Tidaklah mengherankan jika wilayah kelautan Indonesia menjadi incaran para penyelam dari berbagai negara untuk mengeksplorasi keindahan dasar laut Indonesia. “Banyak wilayah Indonesia yang kemudian berkembang karena diving,” ujar Bayu Wardoyo, Manager Marketing The Bali Pearl yang juga instruktur diving Disthi Scuba Bali.
Hanya saja, menurut Bayu, pemerintah masih kurang memperhatikan eksistensi para diver. Berbeda dengan negara-negara lain yang memberikan dukungan penuh jenis olah raga bawah air ini. Saat mengadakan pameran diving di luar negeri misalanya, tim Indonesia hadir dengan dana sendiri. ”Padahal, Singapore yang nggak punya laut saja menyewa boat besar saat pameran,” keluh Bayu.
Saat ditemui mediaHALO di area pearl farm Teluk Terima, Bali Barat, sarjana arsitektur yang mengaku akan terus menyelam selama masih bisa bernafas ini berkisah tentang aktivitas bawah laut yang digelutinya.
Sejak kapan Anda mulai menyelam?
Kalau nggak salah sejak usia 10 tahun, ketika masih duduk di kelas 4 SD. Saya belajar menyelam dari tetangga kami di Sanur, orang Spanyol. Pasangan suami istri ini hobi menyelam. Setiap hari Minggu mereka pasti pergi menyelam. Kebetulan mereka tidak memiliki anak dan menganggap saya seperti anaknya sendiri. Saya pun sering diajak ke laut. Mereka memang tidak memaksa saya untuk ikut menyelam, tapi karena saya juga tertarik mereka lantas mengajari saya menyelam.
Umumnya anak SD itu kan baru bisa berenang...
Pada awalnya saya juga tidak menganggap nyelam itu sebagai sesuatu yang bisa dibanggakan. Anak-anak seusia saya waktu itu kan merasa hebat ketika bisa liburan ke Jakarta. Sementara setiap liburan saya lebih sering nyelam. Tapi ketika saya menceritakan pada teman-teman tentang pengalaman menyelam, ternyata mereka juga interest. Sejak itu saya makin keranjingan nyelam, supaya bisa lebih banyak menceritakan hal-hal baru yang saya temukan di dasar laut.
Anda juga mengelola diving centre ya?
Berlima dengan teman-teman, kami sempat mendirikan sekolah untuk instruktur diving di Sanur, namanya Aquapro. Sebagian besar instruktur diving centre yang ada di Bali itu lulusan Aquapro. Tahun 2003 Aquapro terpaksa kami bubarkan karena dibeli salah seorang anak pejabat. Kami lantas berkarir di tempat yang berbeda. Tetapi sebagai sesama diver, kami tetap membangun link. Saya sendiri kemudian bergabung dengan The Bali Pearl dan mulai merintis diving centre di area pearl farm Teluk Terima Taman Nasional Bali Barat. Namanya Disthi Scuba.
Jumlah diving centre yang ada di Bali rasanya sudah begitu banyak. Apa nggak saling bersaing?
Memang, bahkan di sepanjang pantai Bali Barat saja berjejer diving centre. Tapi kami bersaing secara sehat, tidak sikut-sikutan. Lagipula, sebagian besar pengelola diving centre di Bali bekas murid-murid saya juga, selebihnya teman-teman baik. Masing-masing punya spesifikasi sendiri. Ada yang mengkhusukan diri untuk underwater photography, sehingga para diver yang menjadi tamunya kebanyakan juga komunitas fotografer bawah laut. Ada pula yang berkonsentrasi dengan grup dari manca negara. Nah, Disthi Scuba yang kami kelola lebih mengarah pada educational. Tidak semata-mata mengajari orang diving, tetapi juga ada edukasi lingkungan. Pada akhirnya, antara diver tamu dan diver guide di Disthi Scuba, sama-sama belajar tentang hal-hal baru yang ditemukan ketika menyelam.
Bali Barat cukup jauh dari Denpasar, setidaknya 3 jam perjalanan. Bagaimana strategi Anda agar orang mau ke sana?
Dengan tagline “Discover West Bali”, kami ingin menarik orang datang ke Bali Barat, selain untuk menyelam juga untuk melihat penangkaran mutiara yang kami kelola, menikmati kekayaan flora dan fauna Taman Nasional Bali Barat, atau mengeksplorasi kehidupan bawah laut. Kalau mereka tertarik dengan mutiara, mereka dapat mempelajari proses penangkarannya, mulai dari pembibitan, pengoperasian, sampai panen. Tidak ada yang kami rahasiakan di sini, siapapun boleh melihat. Kami juga bekerjasama dengan penduduk lokal untuk menjadi pemandu jika ada tamu yang ingin trekking melintasi Taman Nasional. Hanya di wilayah ini Jalak Bali bisa dijumpai.
Tapi kalau mereka hanya tertarik untuk diving, meskipun berpuluh kali menyelam di Menjangan, kawasan ini tetap menyajikan habitat yang menarik untuk diamati.
Ngomong-ngomong, setelah ratusan kali menyelam, di mana tempat penyelaman yang paling menarik menurut Anda?
Setelah menyelam ke berbagai negara, ternyata laut Indonesia tetap yang paling menarik, terutama Bali. Bukan karena saya lahir dan besar di Bali. Tapi karena Bali itu bener-bener one stop diving. Di Bali orang nggak hanya datang untuk nyelam, tapi bisa sambil rekreasi menikmati keindahan alam dan budaya Bali. Kalau kita nyelam ke Derawan, nggak ada yang bisa kita nikmati selain aktivitas menyelam itu sendiri. Padahal untuk mencapai Derawan kita harus ganti pesawat setidaknya dua kali ditambah penyeberangan dengan boat yang makan waktu beberapa jam. Begitu juga tempat-tempat penyelaman di daerah lain, umumnya sulit dijangkau. Sementara itu, titik-titik penyelaman di Bali sangat mudah dijangkau. Sinyal Telkomsel pun sudah menjangkau semua perairan Bali, jadi nggak perlu bawa handphone satelit lagi.
No comments:
Post a Comment